AL-QUR’AN SEBAGAI MUKJIZAT ABADI

A.  Latar Belakang

Alquran adalah mukjizat abadi Nabi Besar Muhammad saw yang sangat istimewa, mukjizat abadi itu justru merupakan sebuah Kitab, dan dengannya Allah menutup kenabian. Tidaklah mengherankan apabila kemudian Alquran menjadi Kitab yang paling banyak dibaca orang, dikaji, dan ditelaah.

Dan sungguh suatu "mukjizat" bahwa kajian-kajian tersebut senantiasa menjadikan orang semakin kagum dan ingin mengkaji lebih dalam. Salah satu dari keutamaan Alquran, seperti seringkali dibicarakan, adalah keindahan bahasanya (balaghah).

Belakangan, para peneliti modern-dengan memanfaatkan kemajuan sains dan teknologi mengungkap kenyataan baru tentang adanya hubungan makna antara kata-kata tertentu dalam Alquran, yang mempunyai frekuensi penyebutan yang sama banyak. Inilah yang kemudian disebut dengan i'jaz `adadiy (keajaiban dari segi bilangan).[1]

B.  Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat diambil  rumusan masalah yaitu :

1.       Apa pengertian Al-Qur’an?

2.       Bagaimana Al-Qur’an Sebagai Mukjizat?

 

 

AA.  Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai kitab suci merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia, sebagai pedoman dan pandangan hidup dalam kebahagiaan dan keridhaan Allah di dunia akhirat.

Al-Qur’an merupakan ajaran dan risalah Ketuhanan yang pertama kali sampai kepada Nabi Muhammad SAW dan awal turunnya al-Qur’an melalui lisan malaikat Jibril untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia secara utuh. Ada juga ayat al-Qur’an yang turun di tempat atau waktu yang diminta kepastian hukum yang bersinggungan dengan kepentingan masyarakat.[2] Sehingga al-Qur’an memberikan dimensi baru bagi umat manusia yaitu terhadap ilmu pengetahuan dalam arti sebelum dan sesudah kehidupan yang mulia.

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingnya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada manusia secara mutawatir serta mempelajarinya adalah suatu  ibadah, diawali surat alfatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.[3]

Allah menurunkan al-Qur’an adalah untuk menjadi Undang-Undang dan petunjuk bagi umat manusia, serta sebagai tanda atas kebenaran Rasul, serta sebagai hujjah yang kuat di hari kematian. Nyatalah bahwa al-Qur’an itu mukjizat yang abadi yang menunjukkan keutamaan, kelebihan dan keagungan-Nya, diantaranya seruan untuk mendengarkan bacaan dengan penuh perhatian ketika dibacakan ayat-ayatNya.[4] Firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 204 :

وَإِذَا قُرِئَالْقُرْاَنُ فَاسْتَمِعُوْالَهُ. وَأَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.

Artinya : “Dan apabila dibacakan al-Qur’an maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Surat alA’raf : 204)[5]

Al-Qur’an adalah mukjizat, bahkan mukjizat terbesar sepanjang masa. Sebab, al-Qur’an adalah kalamullah (ucapan Allah). Al-Qur’an bukanlah makhluk yang dicipta, bukan pula sekadar kandungan makna dari kalam-Nya. Akan tetapi, makna sekaligus lafadz al-Quran seluruhnya adalah ucapan Allah. Dari Allah al-Qur’an berasal, kemudian didengar oleh Jibril dan disampaikan kepada Rasulullah.

Al-Qur’an bukan ucapan makhluk. Ucapan Allah k tidak serupa dengan ucapan makhluk apa pun. Allah k berbicara, mendengar, dan melihat sesuai dengan keagungan dan kemuliaan sifat-sifat-Nya yang Mahasempurna. Manusia juga berbicara, mendengar, dan melihat, tetapi sesuai dengan sifat-sifat mereka yang penuh kelemahan dan kekurangan.

Karena al-Qur’an adalah kalam-Nya, berarti al-Qur’an adalah kalam yang agung dan sempurna. Tidak ada kebatilan, kekurangan, kedustaan, kezaliman, dan kesia-siaan di dalamnya. Seluruhnya kebenaran dan adil, mengandung makna yang dalam dan hikmah yang begitu agung, penuh manfaat, dan memberikan petunjuk ke jalan yang benar serta kehidupan yang penuh kebahagiaan.

Al-Qur’an telah diakui sebagai kalamullah oleh para penentang Islam terdahulu, yaitu para tokoh kekufuran dari bangsa Quraisy. Al-Walid bin al-Mughirah atau ‘Uqbah pernah diutus kaumnya untuk berunding dengan Nabi perihal al-Qur’an dan supaya Nabi menyudahi dakwah beliau.

Ia berkata, “Wahai Muhammad, apa maumu dengan seruanmu? Kalau engkau mencari kekuasaan, akan kami beri. Kalau engkau menginginkan harta agar menjadi orang Arab terkaya, akan kami himpun harta untukmu. Jika engkau mengimpikan wanita, akan kami pilihkan gadis-gadis yang elok jelita.”

B.  Al-Qur’an Sebagai Mukjizat

Kalamullah sebagai mukjizat memiliki kekhususan dan keistimewaan, di antaranya adalah:

1.      Al-Qur’an mencakup lafadz-lafadz dari seluruh suku dan kabilah bangsa Arab

Di antara lafadz al-Qur’an ada yang berasal dari bahasa Quraisy, bahasa Hudzail, bahasa Tamim, bahasa Hawazin, bahasa penduduk Yaman, bahasa Himyar, dan lain-lain. ‘Umar bin al-Khaththab pernah berkhotbah lalu membacakan surat an-Nahl ayat 47. Tatkala sampai pada kata takhawwuf, ‘Umar menghentikan khotbahnya sejenak, lalu bertanya kepada hadirin, “Apa takhawwuf ?” Semua terdiam.

Tiba-tiba, bangkitlah seorang lelaki dari suku Hudzail. Katanya, “Wahai Amirul Mukminin, takhawwuf dalam bahasa kami adalah tanaqqush, sehingga maknanya ‘Apakah mereka yang melakukan makar jahat itu merasa aman dari azab Kami dengan dicabut kenikmatan yang ada pada mereka secara berangsur-angsur hingga mereka binasa?’.” Perhatikanlah, tidak ada seorang Arab pun yang dapat menguasai seluruh bahasa dari suku-suku dan kabilah-kabilah Arab, baik dari segi lafadz maupun dialek. Sementara itu, al-Qur’an memuat bahasa-bahasa tersebut.

Tidak hanya itu, di dalam al-Qur’an didapati susunan bahasa (nahwu) yang beragam berdasarkan tata bahasa berbagai suku dan kabilah. Ini semua menunjukkan bahwa al-Qur’an bukanlah buatan makhluk, melainkan betul-betul datang dari Allah k, pencipta manusia dan Rabb alam semesta.

2.      Seluruh lafadz al-Qur’an berada pada puncak kefasihan

Isim dalam al-Qur’an semuanya fasih. Begitu juga fi’il dan huruf, semuanya fasih. Bahkan, ayat Alif Lam Mim juga fasih. Inilah kekhususan al-Qur’an. Tidak ada seorang Arab pun (pada saat turunnya al-Qur’an) yang menemukan celah untuk mengkritik dan menjelek-jelekkan lafadz al-Qur’an. Bahkan, al-Walid sempat berujar, padahal dia musyrik, “Sungguh, pada ucapan ini ada kelezatan. Begitu elok, bagai pohon rindang yang bertaburan buah…. Ucapan ini demikian tinggi tiada terungguli.”

3.      Tidak ada pertentangan di dalamnya

Makna luas yang dikandung oleh al-Qur’an, baik dalam hal akidah, akhlak, dan pembentukan pribadi, maupun aturan-aturan hukum/syariat, semuanya sempurna dan tidak saling bertentangan. Berbeda halnya dengan ucapan manusia yang selalu memiliki kekurangan, sering bertentangan, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Terlebih pembicaraan yang menyangkut perkara gaib, sedikit sekali yang tepat dan sesuai dengan kenyataan.

4.      Al-Qur’an mempunyai ketinggian sastra

Al-Qur’an memiliki balaghah dan bayan yang tinggi. Lafadz-lafadz dan makna-maknanya serta keterkaitan antar makna dan antar lafadz demikian menakjubkan. Susunan kata dalam tiap ayat, susunan ayat demi ayat, dan terhimpunnya sejumlah kalimat dalam satu ayat menunjukkan bahwa al-Qur’an memiliki balaghah yang tinggi. Tidak mungkin jin dan manusia mendatangkan kalimat yang banyak yang semuanya menempati tingkatan balaghah dan sastra yang tinggi.

Terkait dengan hal ini, kita mendapati bahwa walaupun telah ditulis oleh ratusan ulama, tafsir-tafsir al-Qur’an belum berhasil menguak secara terperinci seluruh rahasia yang tersimpan dalam al-Qur’an. Ilmu tafsir adalah ilmu yang tiada habisnya, seperti sifat kalamullah yang disebutkan dalam firman-Nya,

ﮋ ﯱ                                                              ﯿ                    

Katakanlah, ‘Seandainya samudra dijadikan sebagai tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Rabb-ku, niscaya samudra itu kering sebelum berakhirnya kalimat-kalimat Rabb-ku, bahkan walaupun didatangkan lagi tinta sebanyak itu’.” (al-Kahfi: 109)

5.      Al-Qur’an memiliki kekuatan ajaib terhadap jiwa

Tidak ada ucapan manusia yang memiliki daya tarik dan kekuatan ajaib seperti yang dimiliki al-Qur’an. Kisah keislaman ‘Umar bin al-Khaththab adalah salah satu contoh. Ketika itu, ia mendapat kabar bahwa saudarinya, Fathimah, masuk Islam. Bagai tersambar petir, ‘Umar yang semula hendak membunuh Rasulullah n, seketika itu juga mengubah haluan menuju kediaman Fathimah. Karena kegeraman yang tidak tertahan dan gejolak amarah yang meluap, tangan kekar ‘Umar melayang ke wajah Fathimah hingga wajah itu pun bersimbah darah. Namun, begitu ia membaca ayat-ayat suci dalam surat Maryam, hatinya langsung lembut. Akhirnya, ia pun masuk Islam.

Begitulah al-Qur’an. Karena kekuatan yang ada di dalamnya, menyimaknya akan menumbuhkan kepasrahan jiwa, kecuali pada orang-orang yang lebih suka menuruti hawa nafsu.

Di antara rahasia kekuatan al-Qur’an adalah ayat-ayatnya tidak dipisah-pisahkan berdasarkan muatan atau kandungannya. Ayat tentang akidah tidak dipisahkan dalam surat khusus, begitu pula ayat-ayat tentang akhlak, hukum syariat, dan sebagainya. Namun, muatan dalam satu surat sangat kompleks dan beragam. Bahkan, dalam satu ayat terhimpun banyak sisi pembahasan.

Ayat yang membicarakan orang yang beriman, diikuti oleh ayat yang membicarakan orang munafik, ayat yang menyinggung jiwa, ayat tentang akidah, ayat tentang kisah umat-umat terdahulu, ayat tentang peristiwa di masa mendatang, ayat tentang janji, ayat tentang ancaman, ayat tentang surga, ayat tentang neraka, ayat tentang hukum-hukum tertentu, ayat tentang asal-muasal penciptaan manusia, dan sebagainya. Sangat beragam.

Sebab, jiwa manusia pun sangat beragam. Bahkan, jiwa satu orang selalu berbolak-balik. Saat ini jiwanya lebih mudah terpengaruh oleh ayat janji-janji, lain waktu lebih cocok dengan ayat-ayat ancaman, kisah umat terdahulu, penyebutan jannah dan neraka, dst. Ini menunjukkan bahwa al-Qur’an bukanlah buatan manusia, melainkan ucapan Allah Yang Maha Mengetahui seluk-beluk semua ciptaan-Nya.

Di antara manusia ada juga yang mudah terpengaruh oleh intonasi, tinggi-rendahnya nada, dan irama bacaan. Kekuatan ini juga terdapat dalam al-Qur’an. Seorang mantan penyair kenamaan, Labid bin Rabi’ah, ditanya, “Mengapa engkau tiada lagi melantunkan bait-bait syair dan qashidah?” Ia menjawab, “Surat al-Baqarah dan Ali ‘Imran telah mencukupi jiwaku dari menikmati qashidah dan syair.”

6.      Di dalam al-Qur’an terdapat pembahasan rinci yang bersifat gaib

Ada beberapa hal di dalam al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi kita n yang tidak mengerti baca tulis. Hal tersebut baru terbukti di era teknologi sekarang ini. Hal ini oleh para ilmuwan disebut sebagai keajaiban sains. Keajaiban sains dalam al-Qur’an adalah benar adanya. Urusan yang secara kasat mata tidak diketahui oleh para sahabat pada masa itu—tetapi mereka pahami makna globalnya—ternyata baru terbukti hikmahnya yang agung secara lebih nyata dan rinci pada era ini.

Akan tetapi, harus kita ingat, hasil penelitian dan pengkajian manusia harus tunduk kepada al-Qur’an, bukan sebaliknya. Sebab, al-Qur’an adalah haq (benar) dan berasal dari Allah k, sedangkan ilmu sains dan teknologi adalah hasil rekayasa manusia.

7.      Al-Qur’an menumbuhkan kecintaan kepada Allah

Setiap kali orang yang beriman membaca dan mendalami al-Qur’an, akan semakin bertambah kecintaannya kepada Allah k. Ini kembali pada perihal keimanan dan pada sifat al-Qur’an sebagai sumber petunjuk dan penyembuh bagi kalbu. Semua perintah, larangan, dan berita dalam al-Qur’an adalah penyembuh bagi apa yang ada dalam jiwa. Allah k berfirman,

ﮋ ﯢ          ﯧﯨ   

Katakanlah, ‘al-Qur’an adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman’.” (Fushshilat: 44)

Ini adalah kekuatan khusus bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur’an akan membimbing dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, baik dalam masalah ilmiah maupun amaliah. Setiap kali terjadi fitnah dan kerancuan, seorang mukmin akan memiliki bashirah untuk menyelesaikannya. 

A.     Alquran Sebagai Mukjizat Abadi

Di satu sisi al-Quran adalah mukjizat terpenting bagi Nabi saw dan dalil terbaik bagi kenabian beliau. Mukjizat agung ini memiliki keistimewaan atas seluruh mukjizat karena memiliki:

1)      Keabadian dan kesinambungan.

Selalu hadir di tengah umat manusia dan di sepanjang sejarah mereka (manusia) menjadi saksi kemukjizatan al-Quran. Hal ini berbeda dengan seluruh mukjizat lain yang diturunkan untuk zaman tertentu saja (terbatas oleh zaman).

2)      Tidak terbatas oleh tempat.

Dimana pun dan kapan pun al-Quran ada akan tampak kemukjizatannya bagi semua orang. Berbeda dengan semua mukjizat lain yang terjadi di tempat tertentu dan disaksikan oleh orang-orang tertentu.

3)      Di samping sebagai mukjizat dan bukti kenabian, al-Quran juga merupakan program hidup dan sumber petunjuk.

Al-Quran adalah kalam Tuhan dan mukjizat yang makhluk selain-Nya tidak mampu mendatangkan kalam seperti ini. Al-Quran mengenalkan dirinya sebagai sebuah mukjizat dan melemparkan tantangan kepada semua makhluk, Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS. al-Isra:88). Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat al-Quran itu.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.”

Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka (katakanlah olehmu): “Ketahuilah, sesungguhnya al-Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?” (QS. Hud:13-14)

وَإِنْ كُنْتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى‏ عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّنْ مِّثْلِهِ وَادْعُواْ شُهَدَآءَكُمْ مِّن دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَدِقِينَ‏ / فَإِن لَّمْ تَفْعَلُواْ وَلَن تَفْعَلُواْ فَاتَّقُواْ النَّارَ الَّتِى وَقُودُهَا النَّاسُ وَ الْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَفِرينَ‏

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)  yang semisal al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolong selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar.

Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir (QS. al-Baqarah:23-24).

Ayat-ayat di atas menerangkan bahwa al-Quran adalah mukjizat dan dalil bagi kebenaran pengakuan kenabian Muhammad saw serta menegaskan kepada orang-orang bahwa jika mereka meragukan kemukjizatan al-Quran atau risalah Nabi Muhammad saw, maka datangkan seperti al-Quran atau sepuluh surah atau satu surah sepertinya.

Seandainya kaum penentang Islam mampu melakukan tantangan ini, pastilah mereka melakukannya. Minimal satu surah seperti al-Quran, lalu mereka perlihatkan kepada Nabi saw dan kaum Muslim. Dengan jalan ini (bila mereka mampu melakukannya—penerj.) maka tentunya mereka akan meragukan kebenaran kenabian beliau saw. Cara ini adalah sebaik-baik bentuk perlawanan dan penaklukan. Karena itu jika mereka mampu melakukan pekerjaan ini, maka mereka dapat mencegah pengaruh dan penyebaran Islam. Membuat kaum Muslim lari dari sisi Nabi Muhammad saw, dan tidak akan lahir semua peperangan, pertumpahan darah dan penderitaan ini (karena Nabi hanya seorang diri saja, tanpa pendukung).

Alhasil tantangan al-Quran tidak hanya untuk umat di masa Nabi saw dan bangsa Arab. Tetapi ditujukan juga pada semua bangsa manusia di dunia, dimana pun dan kapan pun. Jika mereka meragukan risalah Nabi Muhammad saw, hendaklah golongan cerdik pandai dan sastrawannya membuat seperti al-Quran atau satu surah sepertinya. Tetapi sebagaimana yang telah diramalkan al-Quran, hingga kini pekerjaan ini tidak pernah dilakukan. Musuh-musuh Islam walaupun telah menulis buku menolak dan merendahkan al-Quran, tetapi sampai kini mereka tidak pernah berhasil menulis sebuah kitab yang menyamai al-Quran.

 

 


A.      Kesimpulan

Al-Qur’an adalah kalamullah, berarti al-Qur’an adalah kalam yang agung dan sempurna. Tidak ada kebatilan, kekurangan, kedustaan, kezaliman, dan kesia-siaan di dalamnya. Seluruhnya kebenaran dan adil, mengandung makna yang dalam dan hikmah yang begitu agung, penuh manfaat, dan memberikan petunjuk ke jalan yang benar serta kehidupan yang penuh kebahagiaan. Al-qur’an mengandung Keabadian dan kesinambungan, Tidak terbatas oleh tempat, Di samping sebagai mukjizat dan bukti kenabian, al-Quran juga merupakan program hidup dan sumber petunjuk, sehinggah pantaslah al-qur’an dikatakan mukjizat yang abadi.

B.       Saran

Demikian makalah ini. Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah

ini masih banyak kekurangan baik pada segi penulisan maupunminimnya buku

referensi. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan

makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an Karim

An-Najdiy Abu Zahra', Min al-I'jaz al-Balaghiy WA al-'Adadiy li al-Qur’an alKarim, terj: Agus Effendi (Bandung: Pustaka Hidaya, cetakan kedua:, 1996), h. 1.

Ash-Shobuny Moh Ali, Pengantar Study al-Qur’an, (Bandung: Al-Maarif, 1996), 18.

Az-Zuhairy Wahab, Al-Qur’an Dan Paradigma Peradaban, (Yogyakarta: Dinamika, 1996), h, 15.

Departmen Agama RI, al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang: PT Tanjung Mas Inti), h, 256.

 

 



[1] Abu Zahra' An-Najdiy, Min al-I'jaz al-Balaghiy WA al-'Adadiy li al-Qur’an alKarim, terj: Agus Effendi (Bandung: Pustaka Hidaya, cetakan kedua:, 1996), h. 1.

[2] Wahab Az-Zuhairy, Al-Qur’an Dan Paradigma Peradaban, (Yogyakarta: Dinamika, 1996), h, 15.

[3] Moh Ali Ash-Shobuny, Pengantar Study al-Qur’an, (Bandung: Al-Maarif, 1996), 18.

[4] Moh Ali Ash-Shobuny, Pengantar, 19.

[5] Departmen Agama RI, al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang: PT Tanjung Mas Inti), h, 256.

Post a Comment for "AL-QUR’AN SEBAGAI MUKJIZAT ABADI"